Harga Tomat di Pasar Anjlok jadi Rp 8.000 per Kg

Merdeka.com - Harga tomat di beberapa pasar di Jabodetabek terpantau turun. Di Pasar Pagi wilayah Bekasi Selatan, harga tomat turun menjadi Rp 8.000 - Rp 10.000 per Kilogram (Kg) dari sebelumnya Rp 12.000 – Rp 15.000/Kg.
"Sudah sejak kurang lebih satu bulan harga tomat turun. Saya ambil tomat dari pasar induk. Sudah dari sana harganya turun jadi kurang tahu juga karena apa," ujar Pedagang Sayuran, Widji, Bekasi, Jumat (27/9).
Berbeda lagi dengan harga tomat di wilayah Pasar Tebet, Jakarta Selatan. Para pedagang juga mengalami penurunan harga menjadi Rp 12.000/Kg dari Rp 15.000/Kg. Penurunan harga di wilayah Jakarta ini tidak seanjlok di wilayah Bekasi.
"Sekarang harganya Rp 12.000 dari sebelumnya Rp 15.000. Harga tomat turun ini belum hampir satu bulan," ucap Pedagang Tomat, Ita di pasar Tebet, Jakarta.
Penurunan harga pada pasokan tomat ini terjadi karena masa panen tomat bersamaan dengan pertanian di luar daerah. Akibatnya, hasil panen tomat melimpah dan petani enggan untuk memanen tomat.
1 dari 1 halaman

Petani Biarkan Tomat Membusuk

Petani di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara membiarkan tomat membusuk dan tidak dipetik akibat harga yang sangat murah di pasaran.
"Kami membiarkan tomat tidak dipetik karena biaya produksi dengan harga jual sangat jauh, dan akan lebih merugikan petani," kata Yori P, petani tomat asal Langowan Minahasa seperti dikutip dari Antara Senin (16/9).
Dia mengatakan, harga tomat di tingkat petani kian menurun sejak beberapa pekan terakhir.
Sejumlah petani di Minahasa mengatakan harga tomat saat ini hanya Rp2.000 per kilogram, karena harga jual di tingkat pedagang hanya Rp3.000 per kg.
Harga tersebut anjlok sejak sebulan terakhir, padahal sebelumnya harga tomat di sentra perdagangan Kota Manado sempat mencapai Rp12.000 per kg.
Dia juga tidak menampik fluktuasi harga kerap kali terjadi lantaran masa panen tomat cenderung bersamaan dengan pertanian luar daerah. Anjloknya harga tomat menyebabkan para petani enggan untuk memanen tanamannya.
Petani justru membiarkan buahnya memerah di ladang bahkan dibiarkan masyarakat sekitar untuk memetiknya.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Ronny Erungan mengatakan pihaknya akan terus melakukan pemantauan harga di pasar agar tetap stabil dan terkendali.
Harus diakui, katanya, harga tomat turun karena produksi petani yang sangat banyak.
Biasanya, hukum pasar akan berlaku jika stok banyak pasti harga akan turun, dan sebaliknya jika stok kurang, pasti harga meningkat.
"Kami akan terus mengawasi dan memantau agar kebutuhan pokok masyarakat akan selalu terpenuhi, tidak terjadi kekosongan," jelasnya.
Sumber:Merdeka.com
Share:

Recent Posts