Nilai Tukar Rupiah Diramal Bakal Menguat di 2020

Merdeka.com - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah memprediksi kondisi kurs atau nilai tukar Rupiah akan stabil di 2020. Bahkan akan cenderung menguat. Piter menjelaskan, kondisi tersebut sebagai salah satu dampak positif dari adanya trade war atau perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang masih akan terus berlangsung.
"Kondisi global karena ada perang dagang itu juga memunculkan peluang," kata dia dalam acara Economy Outlook 2020, di Menara BCA, Jakarta, Jumat (18/10).
Trade war yang berlarut-larut membuat pertumbuhan ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Untuk merespons hal tersebut, maka bank-bank sentral otomatis akan melonggarkan kebijakannya dengan cara menurunkan suku bunga acuan.
"Sehingga peluangnya di 2020 itu dengan lebih longgar tersebut maka kondisi likuiditas global lebih longgar. Ada peluang dana asing masuk ke kita," ujarnya.
Dengan derasnya aliran modal asing masuk ke Indonesia, otomatis akan memperkuat posisi Rupiah di pasar. "Rupiah di tahun depan tekanannya berkurang," ujarnya.
Lebih jauhnya, kondisi Rupiah yang stabil tersebut dapat membantu mempersempit defisit neraca perdagangan yang saat ini kian melebar. "Kondisi kita kan mengalami defisit akibat (tekanan) global dan biasanya akan menghantam ke rupiah. Tapi alhamdulillah karena ada peluang tadi, aliran modal masuk (banyak) dan kita harapkan nilai tukar relatif terjaga pada 2020," tutupnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengungkapkan kondisi Rupiah tetap stabil karena inflow atau aliran masuk ke Indonesia terus bertambah.
Bank Indonesia (BI) mencatat aliran investasi asing ke instrumen portofolio pasar keuangan dalam negeri mencapai Rp195,5 triliun dari awal tahun hingga 10 Oktober 2019.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menilai, realisasi tersebut cukup baik dan menunjukkan masih tingginya kepercayaan investor asing terhadap kondisi dan fundamental perekonomian Indonesia.
"Itu menunjukkan kepercayaan diri terhadap ekonomi Indonesia maupun imbal hasil investasi dalam negeri terkait SBN masih cukup kuat dan terbukti dari berlanjut arus modal asung ke SBN," ujar dia, Jumat (11/10).
Dari keseluruhan modal asing Rp195,5 triliun tersebut, sebanyak Rp140,6 triliun diinvestasikan ke SBN dan Rp52,9 triliun ke instrumen saham.
Berdasarkan data BI, pada September 2019, Rupiah mencatat apresiasi 0,9 persen secara point to point (ptp) dan 1,0 persen secara rerata dibandingkan dengan level Agustus 2019. Dengan perkembangan tersebut Rupiah sejak awal tahun sampai dengan 18 September 2019 tercatat menguat 2,3 persen (ytd).
Sumber:Merdeka.com
Share:

Recent Posts